Rochi Putiray Tak Tahan Lagi: PSSI Dituding Biang Kegagalan Timnas Indonesia!
BOLAGSIA JAKARTA – Mantan penyerang Timnas Indonesia era 1990-an, Rochi Putiray, angkat bicara soal kegagalan skuad Garuda menembus Piala Dunia 2026.
Ia menilai kegagalan itu bukan semata karena kualitas pemain atau pelatih, tetapi karena minimnya kesabaran PSSI dalam membangun tim secara berkelanjutan.
Dalam pernyataannya di lansir Dari kanal YouTube Iluminar, Kamis (13/11/2025), Rochi menyoroti bahwa sepak bola Indonesia masih terjebak dalam budaya instan.
Ia menyebut federasi kerap terburu-buru mengambil keputusan, terutama dalam hal pergantian pelatih, tanpa memberi waktu yang cukup bagi program pembinaan untuk berkembang.
“Yang paling penting itu kesabaran. Dari manajemen atau pengurus seharusnya bisa lebih sabar ketika membuat satu program jangka panjang,” ujar Rochi.
“Tidak ada hasil instan di sepak bola. Kesabaran butuh proses, dan proses itu yang selama ini belum bisa kita lewati.” tandasnya.
Shin Tae-yong Sudah Bangun Fondasi, tapi Dihentikan Terlalu Cepat
Rochi menilai keputusan PSSI mengganti Shin Tae Yong dengan Patrick Kluivert di awal 2025 menjadi contoh nyata dari kurangnya konsistensi.
Menurutnya, Shin sudah mulai membangun pondasi kuat sejak 2020 baik dari sisi taktik, mentalitas, maupun regenerasi pemain.
Namun, semua proses itu terhenti ketika pelatih asal Korea Selatan tersebut digantikan sebelum programnya tuntas.
Kluivert memang datang dengan reputasi besar, tetapi waktu yang diberikan padanya terlalu singkat.
Hanya dalam enam bulan, pelatih asal Belanda itu diharapkan membawa hasil instan di level tertinggi Asia hal yang menurut Rochi, nyaris mustahil dilakukan.
Skuad Garuda Punya Potensi Besar, Tapi Manajemen Belum Matang
Rochi juga menilai bahwa Indonesia sebenarnya memiliki komposisi pemain yang sangat menjanjikan, terutama setelah banyak pemain keturunan mulai bergabung dan berkarier di Eropa.
Ia menyebut beberapa nama seperti Jay Idzes (Sassuolo), Kevin Diks (Monchengladbach), Calvin Verdonk (Lille), dan Miliano Jonathans (Utrecht) sebagai contoh nyata bahwa kualitas individu pemain Indonesia kini sudah meningkat.
Namun, menurutnya, mental bertanding dan kematangan manajemen tim masih menjadi masalah besar.
“Sebenarnya bukan soal layak atau tidak layak, tapi kesiapan secara mental dan manajemen yang belum benar." tandas Rochi.
"Dengan materi pemain yang ada, mereka bisa melangkah sejauh ini sudah bagus. Yang membuat gagal bukan pemainnya,” tegas pemilik 41 caps itu.
"Dengan materi pemain yang ada, mereka bisa melangkah sejauh ini sudah bagus. Yang membuat gagal bukan pemainnya,” tegas pemilik 41 caps itu.
Adaptasi Pelatih Butuh Waktu, Jangan Hanya Kejar Hasil Instan
Lebih lanjut, Rochi menilai bahwa pergantian pelatih yang terlalu cepat membuat tim kehilangan arah permainan dan semangat.
Ia menekankan bahwa setiap pelatih pasti butuh waktu untuk memahami karakter pemain Indonesia yang unik baik secara teknik, mental, maupun budaya.
“Bagaimana mau membentuk tim yang bagus dengan waktu enam bulan saja? Shin Tae-yong saja butuh lebih dari lima tahun untuk membawa tim ini sampai sejauh itu,” ujarnya.
Menurut Rochi, kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 seharusnya dijadikan pelajaran berharga bagi PSSI dan seluruh pengelola sepak bola nasional.
Ia menegaskan bahwa membangun tim nasional tidak bisa dilakukan dengan mentalitas ‘cepat puas’ atau ‘cepat ganti’.**
Source : Kanal YouTube Iluminar
Komentar
Posting Komentar